Pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang meragukan adanya pemerkosaan massal pada Mei 1998 menuai kontroversi. Ia menyebut peristiwa tersebut tak terbukti dan tak tercatat dalam sejarah.
Namun, peneliti Sejarah Lisan Perempuan, Ita Fatia Nadia, langsung membantah pernyataan tersebut.
Bantahan Peneliti Sejarah Lisan Perempuan
Ita Nadia, yang pernah mendampingi korban dan menjadi anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) era Presiden B.J. Habibie, menyatakan pernyataan Fadli Zon sebagai kebohongan dan penyimpangan fakta sejarah.
Ia menegaskan peristiwa pemerkosaan massal Mei 1998 telah terdokumentasi dengan baik.
Bukti tertulisnya dapat ditemukan dalam Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6, halaman 609. Buku tersebut mencatat adanya perkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa di beberapa kota besar di Indonesia.
Laporan TGPF yang diserahkan kepada Presiden Habibie juga menjabarkan secara rinci peristiwa tersebut.
Laporan TGPF dan Pengakuan Presiden Habibie
Ita menekankan bahwa laporan TGPF merupakan bukti kuat adanya pemerkosaan massal Mei 1998. Laporan ini telah diterima dan diakui Presiden Habibie.
Presiden Habibie, menurut Ita, percaya dan menerima terjadinya peristiwa tersebut dan bahkan berinisiatif membentuk Komnas Perempuan sebagai respon atas tragedi tersebut.
Hal ini menunjukkan pengakuan resmi pemerintah atas peristiwa pemerkosaan massal Mei 1998.
Pernyataan Fadli Zon dan Kontroversinya
Fadli Zon sebelumnya menyatakan bahwa peristiwa Mei 1998, termasuk isu pemerkosaan massal, masih bisa diperdebatkan.
Ia bahkan menantang untuk menunjukkan bukti dan rujukan dalam buku sejarah yang mendukung klaim tersebut.
Pernyataan kontroversial ini langsung dibantah oleh Ita Nadia, dengan bukti-bukti kuat dari laporan TGPF dan buku sejarah nasional.
Perdebatan ini kembali menyoroti pentingnya pemahaman dan pengakuan atas sejarah kekerasan masa lalu, khususnya terhadap kelompok rentan. Pernyataan yang cermat dan berdasar bukti sangat penting untuk membangun narasi sejarah yang akurat dan bertanggung jawab.
Mural ‘Prasasti Tragedi Trisakti dan Mei 1998’ di Jakarta menjadi simbol visual dari peristiwa berdarah tersebut.